DUNIA NEWS- Konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di seluruh dunia, termasuk Indonesia, telah mencapai 420 parts per million (ppm), meningkat 2 ppm per tahun.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), perlu ada tindakan mitigasi yang cepat yang dilakukan secara bersamaan untuk mengurangi efek negatif.
Menurut Ardhasena Sopaheluwakan, Deputi Klimatologi BMKG, 420 ppm adalah jumlah yang sangat tinggi.
Dunia telah mencapai kesepakatan beberapa tahun sebelumnya untuk menghentikan emisi GRK yang dihasilkan jika konsentrasi GRK di bawah 400 ppm.
Komposisi GRK 420 ppm berarti bahwa ada 420 gas karbon dalam satu juta partikel udara.
Para peneliti sudah memperhatikan kondisi ini. Pada masa pra-industri, konsentrasi gas rumah kaca hanya mencapai 280 ppm.
Namun, rata-rata global 420 ppm, termasuk Indonesia, cukup tinggi. Menurut Ardhasena, sebagaimana dilansir Antara pada Selasa (15/10/2024), tren ini terus meningkat per tahun 2 ppm.
Dia mengungkapkan bahwa peningkatan konsentrasi GRK memiliki efek besar pada iklim global dan kehidupan di Bumi, termasuk peningkatan suhu dan perubahan pola cuaca ekstrem.
"Patut disadari semua itu akibat konsentrasi GRK yang tinggi," tambahnya.
Bencana banjir dan kekeringan telah muncul di Indonesia sejak lama.
Dengan demikian, BMKG menilai bahwa setiap pihak harus tetap teguh pada pendirian dan secara nyata melakukan langkah-langkah mitigasi.
Ini dapat dicapai melalui pemanfaatan energi bersih, yang berarti mengganti energi fosil dengan sumber energi terbarukan dan melindungi dan menghidupkan kembali hutan, yang berfungsi sebagai penyerap karbon alami.
Ardha juga mengatakan bahwa orang harus berkomitmen untuk menggunakan cara transportasi yang lebih berkelanjutan, seperti menggunakan transportasi umum, sepeda, dan EV.
Menurut data yang dikumpulkan oleh Organisasi Iklim Dunia (WMO), suhu rata-rata di seluruh dunia akan meningkat secara signifikan dan hampir melampaui batas maksimum 1,5 derajat celsius yang disepakati secara global.
"Harus siap menyambut era baru yang tidak pasti, iklim yang terus berubah. Maka memperkuat sinergi pengamatan, pengendalian, dan memperkuat dampak kesehatan juga jadi poin penting," katanya, menyoroti peningkatan suhu.[Nuraisah]***