Hari Habitat dan Kota Dunia 2024: Sudahkah Bandung Menjadi Kota Layak Huni untuk Generasi Muda?


DUNIA NEWS
- Karena ada dua hari besar di seluruh dunia pada bulan Oktober: World Habitat Day, atau Hari Habitat Dunia, (setiap Senin pertama di bulan Oktober), dan World Cities Day, atau Hari Kota Dunia, (setiap 31 Oktober), Oktober diperingati sebagai Urban October. "Engaging youth to create a better urban future: Youth leading climate and local actions for cities" adalah tema tahun ini. Ada pengakuan dan dorongan atas kontribusi penting orang-orang muda dalam berbagai tindakan mereka untuk menjaga lingkungan perkotaan, termasuk dari ancaman dan risiko perubahan iklim.

Banyak kisah pemuda yang bergerak di bidang lingkungan, baik di tingkat lokal maupun internasional, dan sangat vokal dalam menuntut perubahan yang sistematis demi keadilan lingkungan hidup. Misalnya, Greta Thunberg sering menyuarakan ketidakadilan lingkungan dan menuntut perusahaan besar yang merusak lingkungan dan memperburuk dampak dan risiko perubahan iklim. Ada komunitas Seni Tani di Bandung yang berfokus pada masalah pangan perkotaan untuk memastikan ketahanan pangan lokal dan memberdayakan petani kota. Gerakan ini menunjukkan bahwa generasi muda memiliki banyak ide dan energi yang luar biasa, yang, jika digunakan dengan benar, dapat memiliki pengaruh yang lebih besar pada kehidupan.

Namun, pertanyaan sebenarnya adalah apakah Bandung sudah menjadi kota yang cocok untuk pemuda? Apakah kota ini sudah mampu menerima dan mendukung ide-ide inovatif dari penduduknya?

Kelompok Kemungkinan yang Rentan

Sebuah catatan yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat menunjukkan bahwa dari sekitar 2,5 juta orang yang tinggal di Kota Bandung pada tahun 2023, 27% di antaranya adalah kelompok pemuda, yang berarti mereka yang berusia antara 16 dan 30 tahun. Mayoritas pemuda di kota ini (45,50%) adalah lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat, dengan hanya 11% yang lulus sarjana. Lebih dari 70% pemuda Bandung perokok, meningkatkan risiko kesehatan di kemudian hari.
Dikenal bahwa sebagian besar pemuda Kota Bandung bekerja (54%) dan hanya sebagian kecil yang pengangguran (11%). Dalam hal ekonomi, 38% pemuda termasuk golongan miskin dan 41% termasuk kelas menengah, menunjukkan bahwa sebagian besar pemuda kita masih belum sejahtera dan rentan miskin jika terjadi guncangan sosial ekonomi yang mengganggu kehidupan mereka.

Data di atas menunjukkan kondisi pemuda, kelompok yang diharapkan menjadi pemimpin di masa depan. Kelompok pemuda di Kota Bandung umumnya dianggap sebagai sumber daya manusia yang cukup berkualitas karena memiliki tingkat pendidikan yang cukup baik, akses internet yang luas, dan kemampuan untuk bekerja secara produktif. Ada kemungkinan bahwa salah satu penyebabnya adalah keberadaan banyak lembaga pendidikan, termasuk perguruan tinggi yang baik, yang membantu meningkatkan kesetaraan pendidikan.

Namun, ada banyak hal yang perlu diperdebatkan tentang kualitas kota dan apa yang telah diberikannya kepada generasi mudanya. Sepertinya generasi milenial dan Gen Z juga menghadapi masalah memiliki rumah, meskipun pada tahun 2023, BPS Kota Bandung mencatat sekitar 58% penduduk kota ini mampu memiliki rumah sendiri.

Data menunjukkan bahwa 22% pemuda Bandung bekerja di sektor informal, yang biasanya rentan dan tidak memiliki perlindungan kerja yang memadai. Tidak ada peningkatan yang signifikan dalam akses pemuda ke ruang publik untuk menyalurkan energi dan kreativitas mereka. Jumlah Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Bandung hanya 8% dari total luas kota, jauh di bawah persyaratan UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, yang menetapkan bahwa RTH harus mencakup minimal 30% dari total luas kota.

Salah satu kelompok yang paling terdampak dari masalah lingkungan hidup, khususnya perubahan iklim, yang menjadi tema Hari Habitat dan Hari Kota Dunia tahun ini, adalah pemuda. UNICEF melaporkan pada tahun 2021 mengenai Children's Climate Risk Index bahwa Indonesia merupakan negara dengan risiko tinggi dan bahwa perubahan iklim memengaruhi kualitas hidup anak-anak dan remaja di negara tersebut. Anak-anak dan remaja Indonesia sangat rentan terhadap penyakit yang disebabkan oleh vector, polusi udara, dan banjir di wilayah pesisir. Di sisi lain, infrastruktur sosial seperti pendidikan dan kesehatan masih kurang diperhatikan.

Dengan populasi yang lebih muda, Kota Bandung seharusnya memiliki kekuatan manusia yang dapat dimanfaatkan untuk kemajuan pembangunan. Selain itu, kota ini memiliki banyak komunitas yang bekerja di berbagai bidang, seperti lingkungan, kesehatan, pendidikan, dan kreatif. Semua lembaga pemerintahan Kota Bandung harus mampu memberikan kemampuan kepada kelompok pemuda ini untuk terus berkembang dan bekerja sama dengan mereka dalam pengambilan kebijakan. Hal ini juga sejalan dengan tujuan utama dari UNICEF's Framework for Children and Youth Cities, yang mencakup keterlibatan anak dan pemuda dalam perencanaan pembangunan kota, mendorong perubahan kebijakan, dan berpartisipasi dalam advokasi politik.

Di Hari Habitat dan Hari Kota Dunia di Kota Oktober 2024, topik kepemudaan mungkin menjadi momentum yang sangat baik untuk mulai melibatkan kaum muda secara lebih signifikan dan merencanakan kota yang baik untuk mereka. Orang-orang mengatakan bahwa generasi muda mewakili masa depan. Akibatnya, sebagai perencana kota, kita harus menyiapkan tempat terbaik bagi mereka untuk berkembang dan berkembang untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.[Anisa]***

Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form