DUNIA NEWS-Parlemen Israel mengesahkan rancangan undang-undang (RUU) untuk mengubah nama wilayah di Tepi Barat, menjadi Yudea dan Samaria.
Dalam RUU yang disetujui pada 29 Januari tersebut menegaskan bahwa "Yudea dan Samaria adalah bagian yang tidak terpisahkan dari tanah air bersejarah orang-orang Yahudi".
Dilansir dari Al Mayadeen, usai pengesahan RUU tersebut akan dirujuk ke Komite Konstitusi, Hukum, dan Keadilan Knesset untuk pembahasan lebih lanjut sebelum dilanjut ke pembacaan tambahan.
Israel mengeklaim RUU itu bertujuan memperkuat klaim mereka atas wilayah Tepi Barat yang diduduki, yang direbutnya selama perang 1967 dan dikuasai sejak itu.
Langkah ini menuai kecaman dari Palestina, yang menegaskan hal itu sebagai eskalasi serius untuk mencaplok wilayah Tepi Barat.
Kementerian Luar Negeri Palestina menggambarkan RUU itu sebagai tindakan sepihak ilegal Israel, yang membuka jalan bagi aneksasi penuh di Tepi Barat, penerapan hukum Israel dengan kekerasan, dan pelemahan sistematis terhadap kemungkinan berdirinya negara Palestina.
undang-undang ini, beserta tindakan pendudukan lainnya, tidak menciptakan hak yang sah bagi Israel atas tanah negara Palestina," kata Kemlu Palestina.
"Undang-undang ini batal demi hukum, ilegal, dan merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional dan resolusi PBB, yang menimbulkan ancaman langsung terhadap keamanan dan stabilitas regional dan global," lanjut pernyataan itu, dikutip dari Anadolu Agency.
Tepi Barat adalah rumah bagi lebih dari tiga juta warga Palestina, termasuk keluarga yang diusir atau mengungsi dari rumah mereka di wilayah yang sekarang menjadi Israel selama berdirinya negara tersebut pada tahun 1948.
Lantas bagaimana sejarah Yudea dan Samaria?
Dilansir dari Britannica, Yudea merupakan bagian paling selatan dari tiga bagian tradisional Palestina kuno, sementara Samaria ada di wilayah tengah dan Galilea di utara.
Tidak ada batas jelas yang memisahkan Yudea dari Samaria, namun kota Beersheba secara tradisional merupakan batas paling selatan.
Wilayah ini berbagi fitur geografis, namun Yudea adalah daerah perbukitan atas yang dikenal sebagai Har Yehuda (Perbukitan Yudea), yang membentang ke selatan dari wilayah Betel (sekarang Ramallah) hingga Beersheba mencakup wilayah Yerusalem, Betlehem, dan Hebron.
Istilah Yudea dan Samaria dipakai sejak zaman Alkitab, namun penyebutannya diganti pasca Perang Arab-Israel pada 1948 dengan istilah Tepi Barat.
Yudea merupakan nama yang diambil dari suku Israel kuno, Yehuda. Suku ini menetap di kawasan perbukitan yang membentang dari Ramallah ke Bersyeba, termasuk wilayah Yerusalem, Betlehem, dan Hebron.
Sementara itu pada abad ke-9 SM, Kerajaan Israel dipimpin oleh Raja Omri. Di Alkitab diceritakan bahwa ibu kota pertama wilayah kerajaan ini adalah Tirza, yang ada di antara Sikhem kuno dengan Sungai Yordan.
Merasa Tirza tak cocok jadi ibu kota karena ada di luar rute perdagangan, Raja Omri membeli bukit Samaria dan membangun kota di atas bukit itu.
Samaria akhirnya menjadi ibu kota Israel, seperti Yerusalem yang menjadi ibu kota Yudea.
Meski Yudea dan Samaria mengacu pada wilayah histories "Yehuda dan Shomron", namun sebenarnya letaknya tak selaras dengan geografi wilayah itu.
Yudea dan Samaria seharusnya jauh dari wilayah Tepi Barat, seperti Bersyeba dan Kaisarea yang terletak di luar Tepi Barat saat ini.
Wilayah Yudea dan Samaria atau Tepi Barat yang ada kini lebih kecil dari wilayah historis karena perbatasan yang ditentukan oleh perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Yordania pada 1949.[dnisa/CNN]**