Israel Serang Suriah Selatan Beberapa Jam Setelah Tuntutan Pemerintah untuk IDF Mundur"


DUNIA NEWS -   Militer Israel melancarkan serangan udara di wilayah selatan Suriah hanya beberapa jam setelah pemerintah baru Suriah menuntut agar pasukan Israel menarik diri dari wilayah yang diduduki. Serangan ini merupakan bagian dari kebijakan baru Israel untuk mempertahankan apa yang mereka sebut sebagai "zona keamanan" di wilayah tersebut.
Mengutip The New York Times (NYT) pada Selasa, 25 Februari 2025, militer Israel menyatakan bahwa mereka menargetkan "sasaran militer di selatan Suriah, termasuk markas dan lokasi yang berisi persenjataan." Pernyataan itu menambahkan bahwa "keberadaan aset dan pasukan militer di bagian selatan Suriah merupakan ancaman bagi warga Israel."
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengatakan bahwa serangan tersebut adalah bagian dari "kebijakan baru" untuk memastikan "demiliterisasi di selatan Suriah."
Ia menegaskan bahwa "setiap upaya" oleh pasukan Suriah atau kelompok militan untuk mendirikan pangkalan di zona keamanan yang ditetapkan oleh Israel "akan dihadapi dengan serangan."
Serangan udara ini terjadi hanya beberapa jam setelah Presiden sementara Suriah, Ahmed al-Shara, memimpin konferensi nasional untuk membahas masa depan politik dan ekonomi negara tersebut.
Konferensi itu diakhiri dengan pernyataan yang mengecam tindakan Israel dan menyebutnya sebagai "pelanggaran kedaulatan Suriah yang terang-terangan." Pemerintah baru Suriah juga menyerukan komunitas internasional untuk menekan Israel agar menghentikan agresi tersebut.
Melansir ABC News, Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menegaskan bahwa "Angkatan Udara kini menyerang dengan kuat di selatan Suriah sebagai bagian dari kebijakan baru yang telah kami tetapkan untuk menenangkan kawasan tersebut."
Katz menambahkan, "Kami tidak akan membiarkan selatan Suriah menjadi selatan Lebanon. Setiap upaya oleh pasukan rezim Suriah dan organisasi teroris negara itu untuk membangun kekuatan di zona keamanan selatan Suriah akan dihadapi dengan serangan."
Pasukan Israel telah menduduki zona penyangga yang seharusnya demiliterisasi di perbatasan Suriah sejak rezim Bashar al-Assad tumbang pada Desember 2024. Netanyahu menegaskan bahwa pasukan Israel akan tetap berada di zona penyangga yang memisahkan Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel dari Suriah.
Serangan ini juga mendapat kecaman dari rakyat Suriah, yang turun ke jalan untuk memprotes serangan udara Israel. Syrian Observatory for Human Rights melaporkan bahwa Israel telah melakukan 16 serangan di Suriah sepanjang tahun 2025, sebagian besar menggunakan angkatan udara dan dua serangan dilakukan melalui darat. Israel mengklaim serangannya ditujukan untuk membatasi aliran senjata dan dana dari Iran ke kelompok militan Hizbullah di Lebanon.
Sejak al-Shara mengambil alih kepemimpinan Suriah setelah menggulingkan Assad, Israel telah menduduki wilayah di dekat perbatasan dan melancarkan serangan terhadap aset militer Suriah. Netanyahu dalam pidatonya pada Minggu, 23 Februari 2025, secara eksplisit menyatakan bahwa Israel tidak akan mentoleransi keberadaan pasukan Suriah di provinsi Quneitra, Dara’a, dan Sweida. Pernyataannya ini memicu demonstrasi di Sweida pada Selasa, dengan aksi protes juga dilaporkan di Quneitra dan Dara’a sehari sebelumnya.
Pemerintah Suriah menyebut tindakan Israel sebagai upaya untuk "memecah belah dan melemahkan persatuan nasional," terutama saat mereka sedang mencoba membangun kembali angkatan bersenjata negara yang terfragmentasi oleh berbagai milisi.
PBB dan beberapa negara anggota mengecam serangan Israel, menilai tindakan itu sebagai pelanggaran terhadap perjanjian gencatan senjata yang telah berlangsung selama puluhan tahun antara Israel dan Suriah. Resolusi Dewan Keamanan PBB tahun 1974 menetapkan zona penyangga di perbatasan kedua negara, yang seharusnya diawasi oleh pasukan penjaga perdamaian internasional.
Situasi di perbatasan Suriah-Israel semakin memanas di tengah konflik yang terus berkecamuk di Timur Tengah. Sementara gencatan senjata Israel dengan Hamas di Gaza masih berjalan, Israel juga terus menyerang target di Lebanon yang diklaim sebagai basis militan Hizbullah. [Farid/Metro]

Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form